Jumat, 22 Februari 2013

KIRA ( Kajian Islam Rahmatan lil'alamin)


MAULID NABI  DALAM PERSPEKTIF ULAMA’ NAHDIYYIN
(Ditulis Oleh : Tutik Dinur Rofiah, Mahasiswa PGMI Semester IV)
Setiap hari Jum’at pagi Mahasiswa Perguruan tinggi Alma Ata diharapkan dan di wajibkan untuk mengikuti KIRA (Kajian Islam Rahmatan Lil’alamiin). Kegiatan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mahasiswa mengenai kajian-kajian islam, Acara yang berlangsung pada pukul 07.00 - 08.00 WIB dengan pembicara KH. Hendri Soetopo (Kiai/Pengasuh di Pondok Pesantren Krapyak)
Pada kesempata ini Pak Hendri mengisi KIRA dengan Tema Maulid Nabi  Dalam Perspektif Ulama’ Nahdiyyin”. Pembahasan mengenai tema tersebut diharapkan dapat membentengi mahasiswa dalam melaksanakn peringatan maulid nabi serta menyiapkan Mahasiswa agar dapat berargumen secara ilmiah apabila ditanya mengenai peringatan maulid nabi Muhammad S.A.W.
Sehingga mahasiswa tidak menjadi pengikut yang hanya tau kesunnahan memperingati Maulid Nabi Muhammad s.a.w tetapi seklaigus dapat berhujjah dengan pendiriannya. Sehingga diharapkan dapat diimplimentasi untuk menggerakan dan meluruskan orang tafdhiriyyah.  orang tafdhiriyyah yaitu orang – orang yang terpengaruh dengan orang yang tidak segolongan serta orang – orang yang mendekati ke kafiran. Pada KIRA kali ini membahas tentang Maulid Nabi dalam perspektif  Islam terutama orang – orang nahdiyyin. Di luar sana banyak sekali kontroversi Maulid Nabi yang mengatakan bahwa memperingati Maulid nabi merupakan tindakan bid’ah Dholalah (red: bid’ah yang sesat). Bapak K.H Hendri Sutopo menjelaskan bahwa dalam menafsirkan sebuah ayat Alqur’an tidak hanya kita tafsirkan secara sepotong – sepotong dan hanya makna yang tersurat tetapi kita harus menafsirkan secara menyeluruh baik makna yang tersurat maupun yang tersirat di dalam nya.
            Dalam hal ini beliau mendasarkan  peringatan Maulid Nabi terdapat pada  potongan ayat Alqur’an  Surat Al A’rof ayat 157
........... šúïÏ%©!$$sù (#qãZtB#uä ¾ÏmÎ/ çnrâ¨tãur çnrã|ÁtRur (#qãèt7¨?$#ur uqZ9$# üÏ%©!$# tAÌRé& ÿ¼çmyètB   y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÎÐÈ 
Artinya :”Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
            Pada ayat di atas kata  nrâ¨tãur  artinya adalah memuliakan Nabi Muhammad akan tetapi bagaimana cara memuliakan nya tidak di jelaskan di dalamnya. Sehingga kita harus menafsirkannya sendiri. Logikanya apa salah jika umat Islam memperingati hari kelahiran Nabi setahun sekali dengan memeriahkannya dan membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW sebagai wujud memuliakan Nabi. Bahkan ada riwayat bahwa para sahabat sering berebut sisa air wudhu sebagai wujud memuliakan Nabi dan Nabi pun tidak melarang serta mendiamkan perbuatan tersebut. Oleh karena itu peringatan maulidu Rosul yang dilakukan seperti saat ini tidak di contohkan pada zaman Nabi Muhammad, sehingga bisa dikatakan sebagai bentuk Bid’ah tetapi masuk ke dalam Bid’ah Idhofiyyah. Maksud dari bid’ah ini yaitu Suatu bid’ah yang disandarkan / didasarkan pada usul dalil yang utama  serta perintah dasarnya kuat dan jelas.
Oleh karena itu, ulama’ nahdiyyin memperbolehkan adanya pringatan maulid Nabi seperti saat ini. Sedangkan ulama’ lain yang berpendapat bahwa memperingati maulid Nabi dianggap sebagai bid’ah dholalah didasarkan pada makna tersurat pada hadits
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan (HR. Muslim no. 867)
Mereka menafsirkan sepotong makna yang tersurat di dalam hadits di atas sehingga mereka mengharamkan Maulid Nabi karena dianggap Bid’ad Dholalah. Sebagai mahasiswa Alma Ata  produk kaum yang terpelajar dalam sisi agama kita harus bisa menggunakan segala ke kritisan kita dalam menafsirkan Ayat dan dalil tentang hukum Islam. Sehingga kita bisa menggunakan hukum sesuai dengan pegangan yang benar yaitu Alqur’an dan Sunnah Rosul.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar